Dalam beberapa kondisi akan selalu ada buih kesulitan yang terselipkan dalan jalan kehidupan kita.
Rasa kecewa, patah hati, kehilangan dan hingga harus merelakan, itu adalah jalur perjalanan kehidupan percintaan yang sewajarnya terjadi.
Jadi kita bicara tentang cinta? Bukan.
Kita berbicara tentang perasaan.
Kita berbicara tentang kehebatan perasaan kita yang mampu merelakan.
Kita berbicara bahwa merelakan kepergian seseorang adalah kebahagiaan.
Pernahkah terbayangkan oleh kalian akan beberapa kondisi yang mungkin telah dialami entah siapapun itu?
1. Meninggal Dunia
2. Pergi dengan oranglain
3. Memilih sahabatmu
4. Memilih meninggalkanmu dengan/tanpa alasan
5. Menemukan kebahagiaannya namun bukan bersamamu
6. Kembali dengan sang mantan
7. Dll
Mari kita bahas dalam wacana ini, bagaimana kita bisa merelakan seseorang demi sebuah kebahagiaan baru jika kita mengalami beberapa kondisi yang telah disebutkan diatas.
1. Merelakannya karena dia telah meninggal dunia adalah Kebahagiaan
Kematian menjadi jurang terdalam antara dirimu dan orang yang kau cintai. Kepergian orang yang sangat kamu cintai pasti akan menorehkan luka yang teramat perih. Kamu akan mulai merasa kesepian dan tubuh seperti dibalut kerinduan yang terdalam. Memaksakan untuk bertemu adalah ketidakmungkinan. Sementara benak tak pernah bisa 'membayangkan' kenangan lain selain dengan dirinya. Pikiran, badan, dan jiwa kini semakin digerogoti rasa kehilangan. Betapa sulit untuk melepaskan dia yang telah lama mengajarimu banyak hal akan cinta dan kasih sayang. Membuatmu tertawa dan menangis. Menemanimu di kala suka dan duka. Saling membimbing jika salah satu dari kalian mulai kehilangan tujuan hidup. Saling melengkapi tiap kekurangan agar menjadi 1 kelebihan yang nyata dibandingkan ratusan kekurangan semu semata. Dan saling menguatkan bila ada salah satu yang tersakiti.
- Setiap kali kamu melakukan aktivitas, bayangnya selalu 'menari' dalam ingatan. Semakin kamu ingin menghapusnya, semakin sering bayangan itu muncul dan menyiksamu dengan menancapkan duri kerinduan. Betapa pun kamu ingin melupakannya, semua itu menjadi tiada guna. Karena melupakannya memang akan membutuhkan waktu seumur hidup.
- Kenangan dengannya bersarang dalam pikiran. Tak mengapa, selama kamu mencoba untuk mengikhlaskan dan tak berlarut-larut 'berenang' dalam aliran air mata. Tak mengapa menangis. Tak mengapa bersedih. Tapi jangan bunuh kehidupanmu demi memaksakan diri bersama orang yang sudah tiada.
- Lubang di hatimu akhirnya menjalar hingga pada organ tubuhmu yang lain. Kamu mulai sesak napas. Tak mau melakukan apapun dan akhirnya mengurangi kesehatanmu. Tapi, kalau kamu yang pergi, relakah kamu melihat orang-orang yang kamu kasihi mencoba untuk mati perlahan-lahan pula? Jangan siksa dirimu dengan memelihara kerinduan yang tak mungkin dapat kau hindari lagi.
- Karena rindu adalah satu-satunya 'tali' penghubung antara kamu dan dia. Karena rindu adalah tanda kasih sayangmu untuknya yang tak akan pernah berkurang.
- Kenangan bersama dia yang telah pergi bukanlah untuk dihapuskan. Tapi dirawat dan dipelihara. Rasakan kehadirannya bukan hanya di setiap kegiatanmu, tapi juga dalam dirimu. Ikhlas bukan berarti melupakan. Tapi menerima kenyataan kalau kamu pun suatu hari nanti, akan menyusulnya dan kembali bersama-sama.
2. Merelakannya pergi bersama dengan oranglain adalah Kebahagiaan
Takdir cinta, tidak ada yang dapat mengetahui hal tersebut. Seberapapun besarnya kita mencoba, namun akan selalu ada jalan yang mengarahkan kita menuju tempat yang seharusnya. Begitulah cinta terjadi di antara dua insan manusia. Pasti tidak mudah rasanya jika harus mengikhlaskan hubungan yang kau kira bisa berakhir dengan bahagia. Kalian pernah bersama menyusun masa depan, namun kini kamu harus bersiap untuk dapat meninggalkan. Kamu layak sakit hati dan merasa penuh penderitaan ketika dirinya memilih untuk pergi bersama dengan oranglain. Kamu akan merasa remuk karena cinta dalam yang pernah terbina akan membuatmu semakin merasakan dunia yang telah berhenti berjalan. Sempat kau pikirkan bahwa hidupmu tidak akan kembali normal tapi anehnya hari terus berjalan dan kesempatan akan cinta lainnya tetap berdatangan. Kata “putus” bisa jadi akhir dari hubunganmu, tapi tak lantas meredupkan duniamu. Kamu harus merelakannya dan menyadari bahwa satu satunya cara adalah dengan berhenti mengutuki keadaan. Percayalah bahwa segala yang kamu lalui memang sudah digariskan. Cerita sedih maupun bahagia yang kamu lakoni memang sudah dituliskan. Demi bisa melanjutkan hidup, kamu hanya harus menerimanya dengan lapang. Takdir punya ketentuan yang berbeda. Perkara siapa yang akan menemanimu hingga akhir hayat sudah dicatatkan. Soal siapa yang kamu cintai dalam-dalam pun sudah dituliskan. Maka, ketika pasangan yang kamu rasa tepat justru berkhianat, bisa jadi memang bukan dia yang ditakdirkan mendampingimu. Proses merelakannya memang seperti neraka, tapi yakinlah kamu akan menjadi manusia yang lebih kuat setelahnya.
3. Merelakannya yang telah memilih sahabatmu sebagai cintanya adalah Kebahagiaan
Bisa hidup bahagia adalah keinginan hampir semua orang. Salah satu yang menjamin kebahagiaanmu adalah ketika kamu punya sikap ‘mau menerima’. Tak perlu berkeras hati atau membebani diri sendiri dengan enggan menerima kenyataan. Bukankah hidup selayaknya dijalani dengan bahagia dan sederhana?
Dia yang tak tertakdirkan untukmu memang layak direlakan.
Wajar jika kamu hancur saat perasaanmu yang tulus justru dikhianati apalagi dengan sahabatmu sendiri. Lumrah jika cinta yang begitu besar tak dibalas dengan sepadan lalu membuatmu sakit hati. Tapi, apakah bersikeras memelihara hubungan tanpa masa depan itu lebih baik? Mungkinkah mempertahankan dia yang tak layak adalah pilihan yang tepat? Jelas tidak!
Putus dan merelakan pasangan bisa jadi keputusan terbaik saat hubungan yang kalian jalani tak sehat. Daripada saling menyakiti, lebih baik berpisah demi kebaikan kamu dan pasanganmu. Tak apa jika momen putus cinta sejenak membuatmu hilang arah. Lepas dari tangannya yang selalu bisa digenggam atau bahunya yang biasa dijadikan sandaran, kamu bingung bagaimana harus melanjutkan perjalanan. Namun, jika kesedihanmu berlarut-larut dan setelahnya hidupmu hancur, tentu sikapmu cenderung tak dewasa. Saat kalian tak diijinkan untuk bersama, maka masing-masing pasti akan bertemu pasangan yang bisa mendamaikan. Jangan berusaha melawan karena kamu dan dia sama-sama berhak bahagia. Berbahagia dengan menerima cinta lain yang lebih menentramkan.
4. Merelakannya yang telah meninggalkanmu dengan/ tanpa alasan adalah Kebahagiaan
Kamu beruntung jika saat ini punya pasangan yang melengkapi seseorang yang membuatmu berhenti mencari. Tapi, apa yang terjadi jika cintamu tak lagi ada di sisimu? Hubungan kalian ternyata harus berakhir dan dia yang kamu cintai akhirnya memilih pergi meninggalkanmu bahkan seringkali tanpa alasan atau dengan alasan yang tak masuk akal?
Kenyataannya, kecocokan ternyata bukan segalanya. Sekalipun merasa sudah sama-sama cocok, bukan tak mungkin kalian jadi sering cekcok. Rasa yakin pun perlahan luntur. Ikatan di antara kalian yang semula kuat pun bisa jadi semakin renggang.
Apapun alasannya, putus cinta jelas bukan akhir yang bahagia. Pengalaman gagal dalam hubungan juga tak bisa dibangga-banggakan. Bahkan, ketika kamu sudah mencintai pasanganmu dalam-dalam, hatimu akan terasa berlipat-lipat sakitnya. Apakah sakit hati setelah putus cinta itu salah? Tidak. Sakitmu itu wajar atau bahkan sangat lumrah.
Tapi, keputusan untuk pacaran atau punya ikatan dengan seseorang selayaknya dipikirkan masak-masak. Sebelum memulai hubungan baru, perkara kemungkinan gagal sepatutnya sudah baik-baik dicamkan. Ibarat maju ke medan perang, kamu siap dengan rompi anti peluru dan senjata cadangan. Jika hubungan yang kamu jalani harus diakhiri apalgi jika dengan alasan tidak masuk akal atau bahkan lebih kejamnya tanpa alasan dan penjelasan apapun, kamu tak akan seberapa hancur lantaran sudah menata hati. Siapapun yang pernah mengalami putus cinta layak percaya pada kesempatan kedua atau cinta yang selanjutnya. Jika hidup sepatutnya dijalani dengan bahagia, maka bersiaplah menunggu datangnya cinta yang baru.
5. Merelakannya yang telah menemukan kehidupan baru namun bukan bersamamu adalah Kebahagiaan
Banyak yang percaya bahwa nasib dan takdir memang tak bisa disamakan. Nasib kaitannya dengan seberapa gigih kita berusaha, sedangkan takdir adalah ketentuan pasti yang tak bisa ditawar lagi. Jika ingin bernasib baik dalam cinta, maka berusahalah menemukan pasangan yang sepadan. Langkah paling pertama yang bisa dilakukan adalah merawat diri sendiri sebaik-baiknya. Setelah berhasil memantaskan dirimu, maka nasib akan mengantarkanmu pada pasangan yang memang seharusnya.
Sementara, takdir punya ketentuan yang berbeda. Perkara siapa yang akan menemanimu hingga akhir hayat sudah dicatatkan. Soal siapa yang kamu cintai sedalam-dalamnya pun sudah dituliskan. Maka, ketika pasangan yang kamu rasa tepat justru pergi dan menemukan kebahagiaannya yang baru, bisa jadi memang bukan dia yang ditakdirkan untuk bersamamu. Tidaklah perlu selalu bersedih apalagi sampai menutup diri dari kehidupan karena sesungguhnya apapun yang terjadi hari-harimu akan tetap berjalan dan hidupmu tidak akan berhenti sampai disitu saja. Merelakannya dan membiarkannya memilih kehidupan baru yang telah dipilihnya walaupun bukan bersama denganmu, itu tetaplah sebuah kebahagiaan baru untukmu dalam menemukan cinta barumu juga tentunya. Percaya pada pilihan hatimu sendiri bahwa itu adalah yang terbaik untukmu dan dirinya.
6. Merelakannya yang akhirnya kembali dengan mantannya adalah Kebahagiaan
Ketika perpisahan harus menjadi jawaban akhir dari rasa cinta antara dua manusia, yang harus dilakukan adalah merelakannya pergi. Merelakannya bersama yang lain yang lebih mencintainya, walaupun tidak ada yang tahu siapa yang lebih mencintai. Mungkin orang-orang akan berkata, betapa bodohnya kamu. Dia yang sudah menemukan cinta sejati dalam hidupnya bersama mantan kekasihnya itu, sedangkan kamu hanya bisa menatapnya dari jauh dan ikut berdoa untuk kebahagiaannya. Kata orang, waktu yang akan mengajarkan cinta itu untuk menemukan kebahagiaan. Ingatlah selalu, cinta tidak selamanya memiliki. Cinta pada dasarnya memang membuat orang yang kamu cintai bahagia, bahkan jika bahagia itu tidak diberikan oleh kamu, kamu harus merelakan dia yang kamu cintai jika memang harus dibahagiakan oleh orang lain.
Menyayangi tidak semestinya harus memiliki. Kalau benar kamu sayang pada seseorang, lepaskan dia pergi untuk mencari kebahagiaan, meskipun yang mampu kamu tanggung hanyalah sebuah kesakitan. Saat hati sedang berperang dengan perasaan, seringkali orang berpendapat, kenapa tidak kamu lepaskan kalau memang kamu sudah sayang sepenuh hati, sepenuh jiwa, kenapa kamu tidak biarkan dia pergi? Ya banyak sekali orang yang berpendapat seperti itu.
Tapi hari-hari yang berlalu pasti akan membuat kamu semakin mengerti kenapa semuanya terjadi. Andai dia tidak merasa bahagia denganmu, andai kamu tidak mampu membahagiakan dia, kenapa kamu terus menyiksa perasaan dia? Kenapa kamu terus membiarkan kebahagiaan dia terkubur mati?
Relakan dia, karena rela bukan berarti tidak ada tangisan tetapi adalah penerimaan tanpa persoalan terhadap apa yang telah ditentukan oleh Allah. Ketika kamu rela atas sesuatu yang mengecewakan hatimu, maka percayalah Allah akan menggantikan kekecewaan itu dengan sesuatu yang tak terduga, jadi kenapa harus takut untuk melepaskan dia bersama dengan mantannya jika memang itulah keinginannya selama ini?
Jangan risau, jangan takut untuk melepaskannya karena Allah akan selalu janjikan yang terbaik untuk hambanya. Yakin dengan jodoh yang telah Allah tetapkan.
No comments:
Post a Comment